Paham
KOMUNIS di Indonesia ,bisakah memajukan Indonesia ???
diskusi
tanggal 2 April 2016
Komunisme adalah
sebuah ideologi.
Penganut paham ini berasal dari Manifest
der Kommunistischen yang
ditulis oleh Karl Marx danFriedrich Engels,
sebuah manifesto politik yang pertama kali diterbitkan
pada 21 Februari 1848 teori mengenai komunis sebuah analisis
pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi kesejahteraan yang kemudian pernah menjadi salah
satu gerakan yang paling berpengaruh dalam dunia politik.
Komunisme
pada awal kelahiran adalah sebuah koreksi terhadap paham kapitalisme di awal abad ke-19,
dalam suasana yang menganggap bahwa kaum buruh dan pekerja tani hanyalah bagian dari produksi dan yang lebih mementingkan kesejahteraan ekonomi.
Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya, muncul beberapa faksi internal dalam komunisme antara penganut
komunis teori dan komunis revolusioner yang masing-masing mempunyai teori dan
cara perjuangan yang berbeda dalam pencapaian masyarakat sosialis untuk menuju dengan apa yang
disebutnya sebagai masyarakat utopia.
Istilah komunisme sering dicampuradukkan dengan komunis internasional.
Komunisme atau Marxisme adalah ideologi dasar yang umumnya
digunakan oleh partai komunis di seluruh dunia. sedangkan komunis
internasional merupakan racikan ideologi ini berasal dari pemikiran Lenin sehingga dapat pula disebut
"Marxisme-Leninisme".
Dalam
komunisme, perubahan sosial harus dimulai dari pengambil alihan alat-alat
produksi melalui peran Partai Komunis. Logika secara ringkasnya, perubahan
sosial dimulai dari buruh atau yang lebih dikenal dengan proletar (lihat: The Holy Family [1]),
namun pengorganisasian Buruh hanya dapat berhasil dengan melalui perjuangan
partai. Partai membutuhkan peran Politbiro sebagai think-tank. Dapat diringkas
perubahan sosial hanya bisa berhasil jika dicetuskan oleh Politbiro.
Komunisme sebagai anti-kapitalisme menggunakan sistem
partai komunis sebagai alat pengambil alihan
kekuasaan dan sangat menentang kepemilikan akumulasi modal pada individu. pada
prinsipnya semua adalah direpresentasikan sebagai milik rakyat dan oleh karena
itu, seluruh alat-alat produksi harus dikuasai oleh negara guna kemakmuran
rakyat secara merata, Komunisme memperkenalkan penggunaan sistem demokrasi
keterwakilan yang dilakukan oleh elit-elit partai komunis oleh karena itu
sangat membatasi langsung demokrasi pada rakyat yang bukan merupakan
anggota partai komunis karenanya dalam paham komunisme tidak dikenal hak
perorangan sebagaimana terdapat pada paham liberalisme.
Secara
umum komunisme berlandasan pada teori Materialisme Dialektika dan Materialisme Historis oleh karenanya tidak bersandarkan pada
kepercayaan mitos, takhayul dan agama dengan demikian tidak ada pemberian
doktrin pada rakyatnya, dengan prinsip bahwa "agama dianggap candu"
yang membuat orang berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari pemikiran
ideologi lain karena dianggap tidak rasional serta keluar dari hal yang nyata
(kebenaran materi).
Komunis internasional sebagai teori
ideologi mulai diterapkan setelah meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia tanggal 7 November 1917.
Sejak saat itu komunisme diterapkan sebagai sebuah ideologi dan disebarluaskan
ke negara lain. Pada tahun 2005 negara yang masih menganut paham komunis
adalah Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba danLaos.
Komunis internasional adalah teori yang disebutkan oleh Karl Marx.
Ideologi komunisme di Tiongkok agak lain
daripada dengan Marxisme-Leninisme yang diadopsi bekas Uni Soviet. Mao Zedong menyatukan berbagai
filsafat kuno dari Tiongkok dengan Marxisme yang kemudian ia sebut sebagai Maoisme. Perbedaan mendasar dari komunisme
Tiongkok dengan komunisme di negara lainnya adalah bahwa komunisme di Tiongkok
lebih mementingkan peran petani daripada buruh. Ini disebabkan karena kondisi
Tiongkok yang khusus di mana buruh dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari
kapitalisme.
Indonesia pernah menjadi salah satu kekuatan besar
komunisme dunia. Kelahiran PKI pada tahun 1920an adalah kelanjutan fase awal
dominasi komunisme di negara tersebut, bahkan di Asia. Tokoh komunis nasional
seperti Tan Malaka misalnya. Ia menjadi salah satu tokoh
yang tak bisa dilupakan dalam perjuangan di berbagai negara seperti di Cina,Indonesia, Thailand, dan Filipina. Bukan seperti Vietnam yang mana perebutan kekuatan komunisme
menjadi perang yang luar biasa. Di Indonesia perubuhan komunisme juga terjadi
dengan insiden berdarah dan dilanjutkan dengan pembantaian yang banyak menimbulkan korban jiwa. Dan
tidak berakhir disana, para tersangka pengikut komunisme juga diganjar eks-tapol oleh pemerintahan Orde Baru dan mendapatkan pembatasan dalam
melakukan ikhtiar hidup mereka
Negara komunis adalah istilah politik yang digunakan
untuk mendeskripsikan bentuk pemerintahan suatu negara yang
menganut sistem satu partai dan
mendeklarasikan kesetiaan kepada komunisme (Marxisme, Leninisme,
atau Maoisme).
Negara-negara komunis yang masih ada hingga kini adalah :
·
Kuba
·
Laos
·
Vietnam
Peta yang menunjukkan negara komunis pada
tahun 1979.
Beberapa negara komunis yang pernah ada adalah:
·
Uni Soviet (1922-1991)
·
Jerman Timur (1949-1990)
·
Republik Rakyat Hongaria (1949-1989)
·
Republik Rakyat Bulgaria (1946-1990)
·
Republik Rakyat Polandia (1944-1989)
·
Republik Sosialis Rumania (1947-1989)
·
Republik Sosialis Rakyat Albania (1944-1992)
·
Republik Federal Sosialis Yugoslavia (1943-1992)
·
Republik Sosialis Cekoslowakia (1948-1989)
·
Republik Rakyat Angola (1975–1992)
·
Republik Rakyat Benin (1972–1990)
·
Republik Rakyat Kongo (1970–1992)
·
Republik Demokratik Rakyat Ethiopia (1987-1991)
dan Derg (1974-1987)
·
Republik Rakyat Mozambik (1975–1990)
·
Yaman Selatan(1969–1990)
·
Republik Demokratik Afganistan (1978–1992)
·
Republik Rakyat Kamboja (1979-1989)
dan Republik Demokratik Kamboja (1975-1979).
Negara komunis juga ada yang diberi beberapa gelar , seperti republik rakyat , republik demokratik ,negara sosialis,dll.
Sejarah Komunisme Di Indonesia
Era pra-Perang Kemerdekaan
Kelahiran Komunisme di Indonesia tak bisa dilepaskan dari hadirnya
orang-orang buangan politik dari Belanda dan mahasiswa-mahasiswa lulusannya yang
berpandangan kiri. Beberapa di antaranya Sneevliet, Bregsma, dan Tan
Malaka yang masuk setelah Sarekat Islam (SI) Semarang sudah terbentuk.
Gerakan Komunis di Indonesia diawali di Surabaya, yakni di
dalam diskusi intern para pekerja buruh kereta api Surabaya yang dikenal dengan nama VSTP.
Awalnya VSTP hanya berisikan anggota orang Eropa dan Indo Eropa saja, namun setelah
berkembangnya waktu, kaum pribumi juga banyak yang bergabung. Salah satu
anggota yang menjadi besar adalah Semaoen kemudian menjadi ketua SI Semarang.
Komunisme kemudian juga aktif di Semarang, atau
sering disebut dengan "Kota Merah" setelah menjadi basis PKI di era
tersebut. Hadirnya ISDV dan masuknya para pribumi berhaluan kiri ke dalam Sarekat Islam menjadikan komunis sebagai bagian cabangnya,
yang nantinya disebut sebagai "SI Merah". ISDV sendiri sering menjadi
salah satu organisasi yang bertanggung jawab atas banyaknya pemogokan buruh di Jawa.
Konflik antara SI Semarang (SI Merah) dengan SI pusat di Yogyakarta (SI Putih) mendorong diselenggarakannya
kongres. Atas usulan Haji Agus Salim,
yang disahkan oleh pusat SI, baik SI Merah maupun SI Putih menyepakati bahwa
personel SI Merah keluar dari SI. Mantan personel SI Merah kemudian bersama
ISDV berganti nama menjadi PKI.
Kehancuran PKI fase awal bermula dengan adanya Persetujuan Prambanan yang memutuskan akan ada pemberontakan
besar-besaran di seluruh Hindia-Belanda. Tan Malakayang tidak
setuju karena Komunisme di Indonesia kurang kuat mencoba menghentikan, namun
para tokoh PKI lainnya tidak menggubris usulan tersebut, kecuali mereka yang
ada di pihak Tan Malaka. Pemberontakan terjadi pada tahun 1926-1927 yang berakhir dengan kekalahan PKI. Para tokoh PKI menyalahkan
Tan Malaka atas kegagalan tersebut, karena telah mencoba menghentikan
pemberontakan dan memengaruhi cabang-cabang PKI.
Era Perang Kemerdekaan
Gerakan PKI bangkit kembali pada masa Perang Kemerdekaan Indonesia, diawali oleh kedatangan Muso secara misterius dari Uni Soviet ke Negara
Republik (Saat itu masih beribu kota di Yogyakarta). Sama seperti Soekarno dan tokoh pergerakan lain, Muso berpidato
dengan lantang di Yogyakarta dengan pandangannya yang murni Komunisme. Di
Yogyakarta, Muso juga mendidik calon-calon pemimpin PKI seperti D.N. Aidit.
Muso dan pendukungnya kemudian menuju ke Madiun,
di sana ia dikabarkan mendirikan Negara Indonesia sendiri yang berhalauan
komunis. Gerakan ini didukung oleh salah satu menteri Soekarno, Amir Syarifuddin.
Divisi Siliwangi akhirnya maju dan mengakhiri pemberontakan Muso ini.
Era pasca-Perang Kemerdekaan RI
Pasca Perang Kemerdekaan Indonesia tersebut, PKI menyusun kekuatannya kembali.
Didukung oleh Soekarno yang ingin menyatukan semua aspek masyarakat
Indonesia saat itu, di mana antar ideologi menjadi musuh masing-masing, PKI
menjadi salah satu kekuatan baru dalam politik Indonesia. Ketegangan itu tidak
hanya terjadi di tingkat atas saja, melainkan juga di tingkat bawah di mana
tingkat ketegangan banyak terjadi antara tuan tanah dan para buruh tani.[3]
Soekarno sendiri yang cenderung ke kiri, lebih dekat kepada PKI.
Terutama setelah Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959, politik luar negeri
Indonesia semakin condong ke Blok Timur (Blok Komunis Uni Soviet). Indonesia lebih
banyak melakukan kerja sama dengan negara komunis seperti Uni Soviet, Kamboja, Vietnam, RRT,
maupun Korea Utara.
Beberapa langkah-langkah politik luar negeri yang dianggap ke kiri-kirian itu
antara lain:
·
Presiden Soekarno
menyampaikan pandangan politik dunia yang berlawanan dengan barat, yaitu OLDEFO (Old Established Forces) dan NEFO (New Emerging Forces)
·
Indonesia membentuk
Poros Jakarta-Peking dan Poros Jakarta-Phnompenh-Hanoi-Peking-Pyongyang yang membuat Indonesia terkesan ada di pihak
Blok Timur
Di sisi lain, konflik dalam negeri semakin memanas dikarenakan
krisis moneter, selain itu juga terdengar desas-desus bahwa PKI dan militer
yang bermusuhan akan melakukankudeta.
Militer mencurigai PKI karena mengusulkan Angkatan
Kelima (setelah AURI, ALRI,
ADRI dan Kepolisian), sementara PKI mencurigai TNI hendak melakukan kudeta atas Presiden Soekarno
yang sedang sakit, tepat saat ulang tahun TNI. Kecurigaan satu dengan yang lain
tersebut kemudian dipercaya menjadi sebab insiden yang dikenal sebagaiGerakan
30 September, namun beberapa ilmuwan menduga, bahwa ini sebenarnya
hanyalah konflik intern militer waktu itu.
Pasca Gerakan
30 September, terjadi pengambinghitaman kepada orang-orang komunis
oleh pemerintah Orde Baru. Terjadi
"pembersihan" besar-besaran atas warga dan anggota keluarga yang
dituduh komunis meskipun belum tentu kebenarannya. Diperkirakan antara
limaratus ribu sampai duajuta jiwa meninggal di Jawa dan Bali setelah peristiwa Gerakan
30 September, para "tertuduh komunis" ini yang ditangkap
kebanyakan dieksekusi tanpa proses pengadilan. Sementara bagi "para
tertuduh komunis" yang tetap hidup, setelah selesai masa hukuman, baik di Pulau Buru atau di penjara, tetap diawasi dan dibatasi
ruang geraknya dengan penamaan Eks Tapol.
Era pasca-Reformasi
Semenjak jatuhnya Presiden Soeharto, aktivitas
kelompok-kelompok komunis, marxis, dan haluan
kiri lainnya, mulai kembali aktif di lapangan politik Indonesia, walaupun
secara hukum, belum boleh mendirikan partai karena masih dilarang oleh
pemerintah.
Apakah Komunisme Telah
Mati?
Banyak orang yang mengira komunisme 'mati' dengan bubarnya Uni Soviet pada tahun 1991, yang diawali dengan keputusan
Presiden Mikhail Gorbachev.
Namun komunisme yang murni belum pernah terwujud dan tak akan terwujud selama
revolusi lahir dalam bentuk sosialisme (Uni Soviet dan negara-negara komunis lainnya). Dan walaupun komunis sosialis hampir punah, partai komunis tetap
ada di seluruh dunia dan tetap aktif memperjuangkan hak-hak buruh, pelajar dan
anti-imperialisme. Komunisme secara politis dan ekonomi telah dilakukan dalam
berbagai komunitas, seperti Kepulauan Solentiname di Nikaragua.
Seperti yang digambarkan Anthony
Giddens, komunisme dan sosialisme sebenarnya belum mati. Ia akan
menjadi hantu yang ingin melenyapkan kapitalisme selamanya. Saat ini di banyak
negara, komunisme berubah menjadi bentuk yang baru. Baik itu Kiri Baru ataupun komunisme khas seperti di Kuba dan Vietnam. Di
negara-negara lain, komunisme masih ada di dalam masyarakat, namun kebanyakan
dari mereka membentuk oposisi terhadap pemerintah yang berkuasa.
Referensi
1.
^ Karl Marx, Friedrich Engels, The Holy Family, University
Press of the Pacific, 2002-06, ISBN
0-89875-973-0 ISBN
978-0-89875-973-0
3.
^ Harry A. Poeze (2009), Tan Malaka, Gerakan Kiri,
dan Revolusi Indonesia (Jilid 2): Maret 1946 - Maret 1947, Yayasan Obor
Indonesia, ISBN13 9789794617304
4.
^ Rex Mortimer (2011), Indonesian Communism Under
Soekarno: Ideologi dan Politik 1959-1965, Pustaka Pelajar
Kesimpulan Diskusi......
0 komentar:
Posting Komentar